Rabun Jauh Atau Miopia

Miopia adalah keadaan pada mata dimana cahaya atau benda yang jauh letaknya jatuh atau difokuskan di depan retina. Supaya obyek atau benda jauh tersebut dapat terlihat jelas atau jatuh tepat di retina diperlukan kaca mata minus. Miopia atau yang sering disebut dengan rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang disebabkan pertumbuhan bola mata yang teralu panjang atau kelengkungan kornea yanag terlalu cekung. Baca Juga : Pengobatan Rabun jauh

1. Klasifikasi.
Menurut American optometric association, miopia secara klinis dapat terbagi menjadi lima yaitu.
  1. Miopia Simpleks ; Miopia simpleks disebabkan oleh dimensi bola mata yang terlalu panjang atau indeks bias kornea maupun lensa kristalina yang terlalu tinggi.
  2. Miopia Noktunal ; Miopi yang hanya terjadi pada saat di sekeliling kekurangan cahaya. Sebenarnya, fokus titik jauh mata seseorang berfariasi terhadap tahap pencahayaan yang ada. Miopia ini penyebabnya adalah pupil yang membuka terlalu lebar untuk memasukan lebih banyak cahaya, sehingga menimbulkan abrasi dan menambah kondisi miopia.
  3. Pseudomiopia ; Diakibatkan oleh rangsangan yang berlebihan terhadap mekanisme akomodasi sehingga terjadi kekejangan pada otot - otot siliar yang memegang lensa kristalina. Sifat dari miopia ini hanya sementara sampai kekejangan akomodasinya dapat direlaksaksikan.
  4. Miopia Degeneratif : Disebut juga miopia maligna atau miopia progresif. Biasanya merupakan miopia derajat tinggi dan tajam pengelihatnya juga dibawah normal meskipun telah mendapat koreksi. Miopia ini bertambah buruk dari waktu ke waktu.
  5. Miopia Induksi ; miopia yang diakibatkan oleh pemakaian obat - obatan, naik turunya kadar gula darah, terjadinya sklerosis pada nukleus lensa dan sebagainya.
Klasifikasi Miopia berdasarkan ukuran dioptri lensa koreksi yang dibutuhkan ;
  1. Miopia ringan ; Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 dioptri.
  2. Miopia sedang ; Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 dioptri.
  3. Miopa berat ; Lensa koreksinya > 6,00 dioptri.
Klasifikasi miopia berdasarkan umur adalah :
  1. Kongenital ; sejak lahir dan menetap pada masa anak - anak.
  2. Miopia onset anak - anak ; dibawah umur 20 th.
  3. Miopia onset awal dewasa ; diantara umur 20 sampai 40 th.
  4. Miopia onset dewasa ; diatas umur 40 th.
2. Pemeriksaan Miopia.
Pengujian atau test yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan mata secara umum atau standart pemeriksaan mata, terdiri dari ;
  1. Uji ketajaman pengelihatan pada kedua mata dari jarak jauh (snellen) dan jarak dekat (Jaeger).
  2. Uji pembiasan, untuk menentukan sebenarnya resep dokter dalam pemakaian kaca mata.
  3. Uji pengelihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau tidaknya kebutaan.
  4. Uji gerakan otot - otot mata.
  5. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.
  6. Mengukur tekanan cairan didalam mata.
  7. Pemeriksaan retina.
 3. Pencegahan Miopia.
Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah dari kelainan dari anak dan menjaga jangan sampai kelainan mata menjadi parah. Dan berikut cara pencegahan miopia sejak dini.
  1.  Jarak baca 30 - 45 cm.
  2. Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya habis membaca selama 45 menit kemudian berhenti dulu selama 15 menit mengistirahatkan mata.
  3. Gizi yang seimbang bila diperlukan sesuai aktifitas.
  4. Melihat atau merasakan adanya posisi kepala miring atau torticollis terutama padda aktifitas melihat televisi atau komputer tepat waktu pemberian kaca mata.
  5. Mengatur program harian anak. Supaya tidak fokus pada pandangan yang dekat terus - menerus, usahakan agar sesekali anak bermain diluar ruangan.
4. Miopia Diperbaiki Tanpa Pembedahan.
Ada beberapa cara yang diduga dapat emgatasi miopia tanpa tindakan pembedahan yang masih perlu mendapatkan pembuktian. Dikenal cara orthokeratologi. Dengan meletakkan lensa kontak keras dan gas permiable pada permukaan kornea dapat dirubah atau ditekan permukaan sehingga rata yang akan mengurangkan miopia mata. Cara ini efektif untuk miopia ringan sampai 2 dioptri. Untuk mencagah kambuh maka pemakaian dapat dicoba sendiri oleh pasien.


Terima kasih dan mari kita budayakan hidup sehat.

ARTIKEL TERKAIT:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentar Dengan Bijak Membawa Kebahagiaan